Proses Terjadinya Salju LENGKAP
Proses Terjadinya Hujan Salju
Bagaimanakah proses terjadinya hujan salju? Untuk menjawab pertanyaan itu, bisa kita mulai dari suatu proses terjadinya salju. Berawal dari sebuah uap air yang berkumpul di atmosfer Bumi, kumpulan uap air tersebut mendingin sampai pada suatu titik kondensasi (yaitu temperatur di mana suatu gas berubah bentuk menjadi cair ataupun padat), kemudian gas tersebut menggumpal membentuk sebuah awan. Pada saat awal dari pembentukan awan, massanya akan jauh lebih kecil daripada massa udara sehingga awan tersebut dapat mengapung di udara persis seperti sebuah kayu balok yang mengapung di atas permukaan air. Namun, setelah kumpulan uap air terus bertambah dan bergabung ke dalam awan tersebut, massanya juga akan bertambah, sehingga pada suatu ketika udara tidak akan sanggup lagi menahannya. Awan tersebut pecah dan partikel air didalam awan pun jatuh ke Bumi.
Partikel air yang jatuh ke bumi itu adalah air murni (belum terkotori oleh partikel lain). Air murni itu tidak akan langsung membeku pada temperatur 0 derajat Celcius, karena pada suhu tersebut terjadi suatu perubahan fase dari cair ke padat. Untuk membuat air murni tersebut menjadi beku dibutuhkan temperatur yang lebih rendah daripada 0 derajat Celcius. Ini juga akan terjadi saat kita menjerang suatu air, air tersebut menguap kalau temperaturnya di atas 100 derajat Celcius karena pada temperature 100 derajat Celcius adalah perubahan suatu fase dari cair ke uap. Untuk mempercepat perubahan fase sebuah zat tersebut, biasanya ditambahkan zat-zat yang sangat khusus, misalnya garam yang dipakai untuk mempercepat suatu fase pencairan es ke air.
Biasanya, temperatur udara tepat di bawah awan adalah di bawah 0 derajat Celcius (temperatur udaranya tergantung pada ketinggiannya di atas permukaan air laut). Tapi, sebuah temperatur yang rendah saja belum cukup untuk menciptakan sebuah salju. Disaat partikel-partikel air murni tersebut bersentuhan dengan udara, maka air murni tersebut akan terkotori oleh partikel-partikel lain. Ada partikel-partikel tertentu yang berfungsi untuk mempercepat suatu fase pembekuan, sehingga air murni tersebut dengan cepat akan menjadi kristal-kristal es.
Partikel-partikel pengotor yang terlibat dalam proses ini sering disebut nukleator, selain berfungsi sebagai pemercepat suatu fase pembekuan, juga perekat antaruap suatu air. Sehingga partikel air tersebut (yang tidak murni lagi) bergabung bersama dengan partikel-partikel air lainnya dan membentuk kristal lebih besar.
Jika suatu temperatur udara tidak sampai melelehkan kristal es tersebut, kristal-kristal es tersebut akan jatuh ke atas tanah. Dan inilah salju! Jika tidak, kristal es tersebut akan meleleh dan sampai ke atas tanah dalam bentuk hujan air.
Pada banyak kasus-kasus di dunia ini, proses turunnya hujan selalu saja dimulai dengan salju beberapa saat dia jatuh dari awan, tapi kemudian akan mencair saat melintasi udara yang panas. Kadang kala, jika temperaturnya sangat rendah, kristal-kristal es itu bias saja membentuk bola-bola es kecil dan terjadilah hujan es. Kota Bandung termasuk kota yang relatif sering mengalami hujan es. Jadi, ini sebabnya kenapa salju sangat susah turun secara alami di daerah-daerah tropik yang memiliki suatu temperatur Udara yang relatif tinggi dibanding wilayah-wilayah yang sedang mengalami musim dingin.
Kristal salju memiliki struktur yang unik, tidak ada satu pun kristal salju yang memiliki bentuk yang sama di dunia ini seperti sidik jari kita. Bayangkan, jika salju sudah turun semenjak bumi tercipta hingga sekarang, dan tidak satu pun salju yang memiliki bentuk struktur kristal yang akan sama!
Partikel-partikel pengotor yang terlibat dalam proses ini sering disebut nukleator, selain berfungsi sebagai pemercepat suatu fase pembekuan, juga perekat antaruap suatu air. Sehingga partikel air tersebut (yang tidak murni lagi) bergabung bersama dengan partikel-partikel air lainnya dan membentuk kristal lebih besar.
Bagaimanakah proses terjadinya hujan salju? Untuk menjawab pertanyaan itu, bisa kita mulai dari suatu proses terjadinya salju. Berawal dari sebuah uap air yang berkumpul di atmosfer Bumi, kumpulan uap air tersebut mendingin sampai pada suatu titik kondensasi (yaitu temperatur di mana suatu gas berubah bentuk menjadi cair ataupun padat), kemudian gas tersebut menggumpal membentuk sebuah awan. Pada saat awal dari pembentukan awan, massanya akan jauh lebih kecil daripada massa udara sehingga awan tersebut dapat mengapung di udara persis seperti sebuah kayu balok yang mengapung di atas permukaan air. Namun, setelah kumpulan uap air terus bertambah dan bergabung ke dalam awan tersebut, massanya juga akan bertambah, sehingga pada suatu ketika udara tidak akan sanggup lagi menahannya. Awan tersebut pecah dan partikel air didalam awan pun jatuh ke Bumi.
Partikel air yang jatuh ke bumi itu adalah air murni (belum terkotori oleh partikel lain). Air murni itu tidak akan langsung membeku pada temperatur 0 derajat Celcius, karena pada suhu tersebut terjadi suatu perubahan fase dari cair ke padat. Untuk membuat air murni tersebut menjadi beku dibutuhkan temperatur yang lebih rendah daripada 0 derajat Celcius. Ini juga akan terjadi saat kita menjerang suatu air, air tersebut menguap kalau temperaturnya di atas 100 derajat Celcius karena pada temperature 100 derajat Celcius adalah perubahan suatu fase dari cair ke uap. Untuk mempercepat perubahan fase sebuah zat tersebut, biasanya ditambahkan zat-zat yang sangat khusus, misalnya garam yang dipakai untuk mempercepat suatu fase pencairan es ke air.
Biasanya, temperatur udara tepat di bawah awan adalah di bawah 0 derajat Celcius (temperatur udaranya tergantung pada ketinggiannya di atas permukaan air laut). Tapi, sebuah temperatur yang rendah saja belum cukup untuk menciptakan sebuah salju. Disaat partikel-partikel air murni tersebut bersentuhan dengan udara, maka air murni tersebut akan terkotori oleh partikel-partikel lain. Ada partikel-partikel tertentu yang berfungsi untuk mempercepat suatu fase pembekuan, sehingga air murni tersebut dengan cepat akan menjadi kristal-kristal es.
Partikel-partikel pengotor yang terlibat dalam proses ini sering disebut nukleator, selain berfungsi sebagai pemercepat suatu fase pembekuan, juga perekat antaruap suatu air. Sehingga partikel air tersebut (yang tidak murni lagi) bergabung bersama dengan partikel-partikel air lainnya dan membentuk kristal lebih besar.
Jika suatu temperatur udara tidak sampai melelehkan kristal es tersebut, kristal-kristal es tersebut akan jatuh ke atas tanah. Dan inilah salju! Jika tidak, kristal es tersebut akan meleleh dan sampai ke atas tanah dalam bentuk hujan air.
Pada banyak kasus-kasus di dunia ini, proses turunnya hujan selalu saja dimulai dengan salju beberapa saat dia jatuh dari awan, tapi kemudian akan mencair saat melintasi udara yang panas. Kadang kala, jika temperaturnya sangat rendah, kristal-kristal es itu bias saja membentuk bola-bola es kecil dan terjadilah hujan es. Kota Bandung termasuk kota yang relatif sering mengalami hujan es. Jadi, ini sebabnya kenapa salju sangat susah turun secara alami di daerah-daerah tropik yang memiliki suatu temperatur Udara yang relatif tinggi dibanding wilayah-wilayah yang sedang mengalami musim dingin.
Kristal salju memiliki struktur yang unik, tidak ada satu pun kristal salju yang memiliki bentuk yang sama di dunia ini seperti sidik jari kita. Bayangkan, jika salju sudah turun semenjak bumi tercipta hingga sekarang, dan tidak satu pun salju yang memiliki bentuk struktur kristal yang akan sama!
Partikel-partikel pengotor yang terlibat dalam proses ini sering disebut nukleator, selain berfungsi sebagai pemercepat suatu fase pembekuan, juga perekat antaruap suatu air. Sehingga partikel air tersebut (yang tidak murni lagi) bergabung bersama dengan partikel-partikel air lainnya dan membentuk kristal lebih besar.
Jika suatu temperatur udara tidak sampai melelehkan kristal es tersebut, kristal-kristal es tersebut akan jatuh ke atas tanah. Dan inilah salju! Jika tidak, kristal es tersebut akan meleleh dan sampai ke atas tanah dalam bentuk hujan air.
Pada banyak kasus-kasus di dunia ini, proses turunnya hujan selalu saja dimulai dengan salju beberapa saat dia jatuh dari awan, tapi kemudian akan mencair saat melintasi udara yang panas. Kadang kala, jika temperaturnya sangat rendah, kristal-kristal es itu bias saja membentuk bola-bola es kecil dan terjadilah hujan es. Kota Bandung termasuk kota yang relatif sering mengalami hujan es. Jadi, ini sebabnya kenapa salju sangat susah turun secara alami di daerah-daerah tropik yang memiliki suatu temperatur Udara yang relatif tinggi dibanding wilayah-wilayah yang sedang mengalami musim dingin.
Kristal salju memiliki struktur yang unik, tidak ada satu pun kristal salju yang memiliki bentuk yang sama di dunia ini seperti sidik jari kita. Bayangkan, jika salju sudah turun semenjak bumi tercipta hingga sekarang, dan tidak satu pun salju yang memiliki bentuk struktur kristal yang akan sama!
Tahap-tahap terjadinya hujan salju
. Uap air berkumpul di atas permukaan atmosfir bumi, kumpulan uap-uap air tersebut mendingin sampai pada suatu titik kondensasi, dan kemudian uap air tersebut menggumpal membentuk sebuah awan.
. Gumpalan-gumpalan uap air tersebut akan mengapung di udara karena massanya akan jauh lebih ringan dari pada udara di bawahnya. Setelah gumpalan-gumpalan uap air terus bertambah dan massanya akan semakin berat, udara di bawahnya tidak akan sanggup lagi menahannya dan gumpalan-gumpalan air itu pun jatuh diatas tanah.
·
Jika temperature suatu udara di bawahnya cukup dingin, gumpalan air tadi akan jatuh berupa kristal-kristal es (salju). Biasanya temperatur udara tepat di bawah awan adalah berada di bawah nol derajat Celcius. Tapi, temperatur yang sangat rendah saja belum tentu cukup untuk menciptakan sebuah salju. Saat partikel-partikel air murni tersebut bersentuhan langsung dengan suatu udara, maka air murni tersebut akan tercemar oleh partikel-partikel lain. Ada partikel-partikel tertentu yang dapat berfungsi mempercepat suatu fase pembekuan, sehingga air murni tersebut dengan cepat menjadi kristal-kristal es.
·
Partikel-partikel pencemar yang terlibat dalam proses ini serin disebut nukleator. Selain berfungsi untuk mempercepat suatu fase pembekuan, nukleator juga berfungsi sebagai perekat antar uap air. Partikel air (yang tidak murni lagi) bergabung dengan partikel-partikel air lainnya dan membentuk sebuah kristal yang lebih besar. Jika temperatur udara tidak sampai melelehkan kristal es tersebut, kristal-kristal es akan jatuh ke atas tanah menjadi sebuah salju. Jika temperatur Udara nya sampai melelehkan kristal air, maka kristal es tersebut akan sampai ke tanah dalam bentuk air hujan yang biasa.
Penyebap terjadinya hujan salju dan badai
Terjadi akibat kondensasi uap air yang sangat dingin
Fenonema hujan es (hail) terjadi akibat presipitasi (turunnya hujan) yang terdiri dari beberapa bola es dengan diameter antara 5-50 mm atau bahkan lebih. Salah satu proses pembentukannya adalah melalui kondensasi dari uap air yang sangat dingin di atmosfer pada lapisan di atas titik beku (freezing level). Awan yang sangat tinggi puncaknya yang melebihi daripada titik beku ini akan memiliki dibagian atas yang suhunya lebih rendah daripada nol derajat Celcius, sehingga awan tersebut mempunyai peluang yang sangat besar untuk memproduksi es. Es yang terbentuk dari proses ini biasanya berukuran yang cukup besar.
Pada masa pancaroba ini biasanya akan terjadi suatu pembentukan awan secara konvektif di mana massa udara basah terangkat ke atas dan membentuk awan yang puncaknya melebihi freezing level(titik beku) dan terjadilah suatu proses pengintian es. Maka, dibagian atas awan tersebut banyak sekali mengandung es. Saat sudah cukup waktunya untuk turun hujan, maka butiran atau bahkan gumpalan es tersebut juga ikut jatuh ke atas permukaan bumi. Akibat dari ukurannya, walaupun es tersebut telah turun ke arah yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat tidak semuanya dapat mencair separti hujan.
Komentar
Posting Komentar